"Perkebunan berkontribusi sampai 26,6% untuk pendapatan di Riau."
PERAN cukup penting yang diharapkan dilakukan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspek-PIR) adalah turun serta menghadirkan produk-produk hilirisasi dari perkebunan kelapa sawit.
"Seperti salah satu di antaranya adalah produksi minyak goreng," kata Sekretaris Disbun Riau, Supriadi, dalam acara workshop UKMK berbasis sawit dan Musda ke-IV Aspek-PIR Riau.
Di Riau, menurut Supriadi, hanya satu pabrik minyak goreng yakni di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
"Harapannya muncul pabrik-pabrik minyak goreng lain di Riau. Dimana BPDPKS menghibahkan biaya untuk pembangunan 10 pabrik minyak kelapa sawit," paparnya.
Sebelumnya, Disbun Riau berharap Aspek-PIR berperan aktif dalam mewujudkan harapan tahun 2045 Indonesia menjadi pusat produsen dan konsumen minyak sawit dunia.
Untuk mewujudkan itu semua, Supriadi mengatakan Aspek-PIR memperkuat kelembagaannya.
"Kita mendukung Aspek-PIR mengambil peran penting ini. Dimana Riau merupakan sentra kelapa sawit terbesar di Indonesia," ujarnya.
Cerita kelapa sawit di Riau, saat ini luasnya mencapai 3,8 juta hektar. Menurut Supriadi kondisi ini tentu menjadi tantangan sekaligus beban bagaimana untuk terus mengembangkan kelapa sawit di Riau.
Supriadi mengatakan pertumbuhan kebun kelapa sawit di Riau sangat signifikan. Pada tahun 1979 saja di indonesia hanya seluas 260 ribu hektar. Sementara saat ini di Riau sudah 3,8 juta hektar. Ini bukti bahwa perkembangan kebun kelapa sawit sangat pesat
"Perkebunan berkontribusi sampai 26,6% untuk pendapatan di wilayah Riau. Dari jumlah itu mayoritas adalah perkebunan kelapa sawit," terangnya.
"Untuk itu kita dukung Aspek-PIR untuk mengambil peran penting dalam pembangunan daerah serta mensejahterakan petani kelap sawit," tandasnya.