https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Lengkap Sudah Penderitaan Itu: Produksi Turun 50 Persen, TBS Sawit Hanya Dihargai Rp2.200/Kg

Lengkap Sudah Penderitaan Itu: Produksi Turun 50 Persen, TBS Sawit Hanya Dihargai Rp2.200/Kg

Ilustrasi petani sawit di Bengkulu. Foto: Dok. Elaeis

Berharap ada solusi jangka panjang.

IBARAT sudah jatuh, eh, ditimpa tangga pula; nasib para petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu saat ini dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Penurunan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit hingga 50 persen dan merosotnya harga TBS hingga Rp 2.200 per kilogram telah mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi para petani di wilayah itu.

Menurut Suryanto, seorang petani kelapa sawit di Bengkulu Utara, penurunan harga TBS kelapa sawit telah membuat dirinya menderita. Sebab penurunan produksi dan harga tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk merawat kebun sawit.

"Kami sudah berjuang keras untuk merawat kebun, namun produksi terus menurun hingga 50 persen, dan harga TBS semakin murah menjadi Rp 2.200 per kilogram. Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa," kata Suryanto, Kamis (25/4).

Dampak dari hal ini tidak hanya dirasakan oleh petani secara individu, tetapi juga berdampak pada perekonomian daerah secara keseluruhan. 

Pengamat Ekonomi Bengkulu, Prof Dr Kamaludin mengatakan, penurunan produksi dan harga TBS membuat aktivitas ekonomi ikut menurun.

"Kondisi ini telah mengakibatkan penurunan pendapatan bagi banyak keluarga di Bengkulu. Kami melihat penurunan aktivitas ekonomi di daerah ini karena semakin banyak petani yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka," ungkap Kamaludin.

Ia berharap, pemerintah daerah di Bengkulu bisa memberikan bantuan kepada para petani yang terdampak. Namun, upaya-upaya ini belum dilakukan. Sehingga tidak ada solusi yang mampu mengatasi akar permasalahan yang lebih dalam.

"Kami berharap ada solusi jangka panjang yang dapat membantu petani mengatasi tantangan ini," kata Kamaludin.

Menurut Kamaludin, situasi ini dikhawatirkan menimbulkan masalah bagi industri kelapa sawit di Bengkulu untuk terus berkembang. Dengan terus merosotnya produksi dan harga, banyak petani khawatir bahwa industri ini tidak akan lagi menghasilkan pendapatan yang cukup untuk bertahan hidup.

"Kalau penurunan terus berlanjut, takutnya nanti petani sawit malah beralih ke komoditas lainnya, karena ini pernah terjadi pada komoditas karet. Sehingga jika tidak ada perubahan yang signifikan, petani akan meninggalkan profesi ini," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS