Tua-tua keladi. Begitulah tanaman kelapa sawit petani di kawasan Dayun Kabupaten Siak, Riau ini diumpamakan.

Soalnya, walau sudah bangkotan alias berumur 30-an tahun, masih bisa menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) 4 ton per hektar. Weeeew...

Usut punya usut, sedari dulu, para petani ini rupanya sudah rutin merawat tanamannya itu, persis kayak merawat diri sendiri. Hehehe...

Katimin, salah seorang petani plasma di Desa Suka Mulya Kecamatan Dayun cerita, sederet perlakuan ini rutin dilakukan kepada tanaman kebun mereka. 

Pertama, saat pembersihan, mereka tidak membunuh gulma yang ada pada tanaman sawit.

Kedua, sekali enam bulan petani musti menyemprot piringan dan gawangan agar hasil panen gampang diangkut.

Ketiga, sekali setahun petani harus melakukan pruning. Pruning adalah pembersihan pelepah pohon kelapa sawit yang sudah mengering atau tua.

"Yang pasti, tiap pohon harus memiliki 40 pelepah. Biar fotosintesisnya bagus dan unsur hara terurai sempurna. Kalau sudah begitu, bunga putik sari akan mudah dibuahi," terang lelaki 57 tahun ini.

Lalu soal pemupukan, harus dilakukan sekali dua bulan. Dalam setahun, tiap pokok harus kebagian 8 kilogram. Pupuk harus berkualitas tinggi. 

Pola panen. Selama ini kata Katimin, semua petani plasma dibina oleh bapak angkat mereka, PT. Inti Indosawit Subur (IIS), anak usaha Asian Agri. 

"Kami diajari memupuk kayak begini; misalnya pola 1:1. Tiap 1 kilogram TBS 1 brondolan yang jatuh. Artinya, kalau TBS itu seberat 10 kilogram, harus ada 10 berondolan yang jatuh," terangnya.

Semua pola yang diterangkan Katimin tadi berlaku pada plasma binaan perusahaan. "Di Kabupaten Siak ada 12 desa transmigrasi yang dibina perusahaan. Dua desa ada di Kecamatan Dayun, sisanya di Kecamatan Kerinci Kanan. Total luas lahan kebun plasma mencapai 11 ribu hektar," lelaki ini merinci.