https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Terkendala Kerusakan Jembatan

Terkendala Kerusakan Jembatan

Kondisi jembatan yang menjadi akses petani sawit untuk memasarkan komoditas yang dihasilkan. Foto: Sangun Doya

Jembatan  ini adalah satu-satunya jalan yang dilewati petani sawit untuk menjual TBS kelapa sawit.

PERSOALAN di seputar perkebunan kelapa sawit tidak sebatas bagaimana merawat tanaman sehingga hasil produksi bisa dipertahankan. Sejumlah persoalan ikut menyertai, termasuk ketersediaan infrastruktur yang layak.

Lihatlah nasib pekebun sawit di Desa Tanjung Aur II, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Mereka kesulitan membawa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit keluar kebun, bersebab akses jembatan mengalami kerusakan parah.

Ali Mudihan (54), petani sawit setempat, mengatakan setiap kali melewati jembatan ini, dirinya harus sangat berhati-hati. Sebab lantai jembatan sudah sangat rapuh.

"Kalau sebelum jembatan rusak, motor kami bisa lewat, sekarang terpaksa jalan kaki," kata Ali, Minggu (3/3).

Ali menambahkan, jika jembatan tidak diperbaiki maka akan membuat petani juga sulit membawa pupuk ke kebun sawit. Sehingga pemupukan tanaman sawit banyak yang tertunda.

"Kami berharap agar jembatan ini diperbaiki agar kami bisa membawa pupuk dari luar," paparnya.

Senada dengan Ali, Kaur Keuangan Desa Tanjung Aur II, Biksan, mengatakan petani sawit di desanya saat ini kesulitan mengeluarkan TBS kelapa sawit mereka dari lahan yang berada di pedalaman karena jembatan satu-satunya untuk keluar desa dalam kondisi rusak.

"Sampai sekarang belum ada perbaikan jembatan dari BPBD ataupun pihak lain. Padahal kami sangat butuh fasilitas ini," ujar Biksan.

Menurut Biksan, kerusakan jembatan akibat luapan air sungai Pino yang terjadi beberapa Minggu terakhir. Sehingga menyebabkan kondisi jembatan memprihatinkan.

Padahal, jembatan  ini adalah satu-satunya jalan yang dilewati petani sawit untuk menjual TBS kelapa sawit.

"Jembatan itu statusnya milik daerah, jadi kami (desa) tidak bisa ambil alih perbaikan. Namun, kalau nanti tetap tidak diperbaiki maka petani sawit akan kesulitan atau mungkin kami akan berupaya dengan alat dan bahan seadanya," kata Biksan


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait