https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Harga Komoditas Perkebunan Timpang di Bengkulu, Akademisi Sarankan Diversifikasi

Harga Komoditas Perkebunan Timpang di Bengkulu, Akademisi Sarankan Diversifikasi

Ilustrasi biji kakao yang sedang dijemur. Foto: bisnis.com

Menjadi tantangan besar bagi para petani kelapa sawit di Bengkulu.

TERJADI perbedaan yang mencolok sowl harga komoditas perkebunan di Provinsi Bengkulu. Saat harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bertahan di angka Rp 2.300/kilogram, harga biji kakao kering melonjak drastis hingga mencapai Rp 100 ribu/kilogram. 

Terkait ini, ahli ekonomi pun memberikan pandangan. Antara lain, ekonom dari Universitas Bengkulu, Dr Retno Agustina Ekaputri SE MM, menyoroti pentingnya diversifikasi dalam sektor pertanian. 

"Kondisi ini menunjukkan pentingnya diversifikasi dalam pertanian. Petani perlu dipacu untuk tidak hanya bergantung pada satu komoditas, namun juga mengembangkan komoditas lain yang memiliki prospek baik," ujarnya.

Meskipun demikian, menurut Retno, tantangan besar tetap ada di depan. Kenaikan harga biji kakao kering yang tidak seimbang dengan harga kelapa sawit menunjukkan ketidakstabilan dalam sektor pertanian.

Langkah-langkah konkret perlu segera diambil untuk mengatasi ketimpangan ini dan memastikan keberlanjutan ekonomi petani di Bengkulu.

"Tantangan kedepan pasti ada, makanya ketika harga komoditas naik, pasti nanti ada juga turunnya," tandasnya.

Bupati Seluma, Erwin Octavian menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini.

"Kami akan bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencari solusi yang dapat mengatasi fluktuasi harga komoditas pertanian, sehingga petani di Bengkulu dapat tetap sejahtera," ujar Erwin.

Sementara  Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Bengkulu, John Simamora mengungkapkan kekhawatirannya terkait situasi ini. Menurutnya, kenaikan harga biji kakao kering lebih baik dibandingkan harga TBS kelapa sawit.

"Kami prihatin melihat harga biji kakao kering melonjak tiga kali lipat dari harga sebelum lebaran Idul Fitri. Sementara harga kelapa sawit stagnan dan menurun, hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi para petani kelapa sawit di Bengkulu," kata John, Senin (29/4).

Ia mengaku, hal itu menjadi tantangan bagi petani sawit di Bengkulu karena sebelumnya rata-rata adalah petani kakao. Ketika mereka ubah lahan kebun kakao menjadi sawit tentu itu membuat mereka kecewa melihat harga komoditas ini melonjak drastis.

"Dulu banyak petani kakao, karena melihat sawit punya harga, tapi sekarang kakao malah punya harga, ya pasti mereka yang pernah punya kebun kakao kecewa berat," pungkasnya.

Seorang petani kakao dan sawit di Kabupaten Seluma, Siti Rahma mengungkapkan, tidak pernah berharap harga beji kakao melonjak. Malah dirinya berharap harga TBS kelapa sawit yang melonjak.

"Saya tidak pernah mengharapkan harga biji kakao kering akan melonjak sedemikian rupa. Meskipun ini bisa menjadi berkah bagi kami, namun kami juga prihatin dengan kondisi harga kelapa sawit yang menurun," ujar Siti.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS