https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Nasib Pemetik Sawit yang Semakin Terpinggirkan

Nasib Pemetik Sawit yang Semakin Terpinggirkan

Petani memetik TBS kelapa sawit matang di Bengkulu. Foto: Doc Elaeis

"Upah yang kami terima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari."

DI tengah gemerincing uang dari kelapa sawit, terutama di daerah-daerah yang harga jualnya tinggi, ada satu unsur di industri kelapa sawit yang nasibnya terkesan makin menyedihkan, yaitu buruh pemetik buah sawit.

Di Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, misalnya, jasa petik Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di daerah itu menurun signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Penyebab utamanya adalah karena banyaknya pemilik kebun yang memilih untuk mengurus kebun sendiri.

Mantan Jasa Petik Sawit di Bengkulu Tengah, Tosa (37) mengatakan, banyak petani di Bengkulu Tengah memilih memanen TBS kelapa sawit sendiri. Hal tersebut tentu saja mengurangi permintaan akan jasa petik TBS kelapa sawit di daerah ini. 

"Banyak petani sekarang memanen TBS kelapa sawit sendiri, itu membuat kami kehilangan pekerjaan harian untuk mencari nafkah," kata Tosa, Sabtu (4)5).

Selain itu, faktor lain yang turut memperparah situasi ini adalah upah yang rendah bagi para pemetik TBS kelapa sawit di Bengkulu Tengah. 

Dengan hanya Rp 200 per kilogram TBS, banyak pekerja merasa bahwa upah yang mereka terima tidak sebanding dengan kerja keras yang mereka lakukan setiap hari.

"Upah petik sawit juga sudah rendah, masa dari tahun 2017 sampai sekarang masih Rp 200 per kilogram," tuturnya.

Ia mengaku, dengan upah petik sawit yang rendah membuat mereka semakin terpinggirkan. Sebab upah tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kami merasa terpinggirkan. Upah yang kami terima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Kami berharap pemerintah dan perusahaan kelapa sawit bisa memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan kondisi kami," tambahnya.

Merespon hal tersebut, Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Zainal Muktamar SP MSi mengatakan, pentingnya diversifikasi mata pencaharian bagi petani kelapa sawit di Bengkulu Tengah. 

Dengan memiliki alternatif lain selain bergantung pada jasa pemetikan TBS, mereka dapat lebih stabil secara ekonomi dan tidak sepenuhnya tergantung pada fluktuasi pasar TBS.

"Perlu melakukan diversifikasi mata pencaharian, kalau terus bergantung dengan jasa ini maka akan sulit hidupnya," tuturnya.

Namun, perubahan tidak akan terjadi secara instan. Diperlukan kerja keras dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan kelapa sawit, dan masyarakat petani itu sendiri, untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam industri kelapa sawit di Bengkulu Tengah.

"Diperlukan solusi yang terarah dan berkelanjutan untuk menjaga keberlangsungan industri ini sambil memperhatikan kesejahteraan para pekerja di sektor ini," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS