https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Sedikit, Baru Segini Realisasi Sertifikasi ISPO di Babel

Sedikit, Baru Segini Realisasi Sertifikasi ISPO di Babel

Ilustrasi sertifikat ISPO. Foto: tric-indonesia.com

"Keberlanjutan atau sustainable ini yang paling penting."

SAMA dengan sebagian besar daerah sentra sawit lainnya di Indonesia, realisasi sertifikasi ISPO di Provinsi Bangka Belitung (Babel) sejauh ini belumlah maju-maju amat. Sebab, dari 53 perusahaan kelapa sawit yang ada di daerah itu, baru 19 perusahaan yang telah menerapkan sertifikat ISPO.

"Untuk di Bangka Belitung terdapat 19 perusahaan yang sudah menerapkan ISPO dari 53 perusahaan kelapa sawit yang ada," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Babel, Edi Romdhoni.

Hal tersebut ia katakan saat berbicara di hadapan pata peserta rapat aksi daerah kelapa sawit berkelanjutan (RAD KSB) di Pangkalpinang, ibukota Provinsi Bwbel, kemarin.

Sebagai informasi, penerapan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) telah djputuskan oleh Pemerintah Indonesia sebagai berstatus mamdatori.

Artinya, kebijakan ini wajib dilaksanakan oleh seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, baik pengusaha maupun petani, dengan batas waktu akhir adalah di tahun 2025.

Kata Edi Romdhoni, dari data DPKP Babel, untuk jumlah perusahaan swasta, kepemilikan luas areanya sebesar 55,92 persen atau 8,58 juta hektar (Ha). 

Sedangkan lahan sawit milik Holding BUMN yakni 3,57 persen atau 0,55 juta Ha," katanys dikutip dari laman RRI, Selasa (7/5).

"Ini yang harus mendapatkan perhatian antara perusahaan swasta, dengan perkebunan rakyat harus kita ajak mendukung menuju ISPO," katanya menambahkan.

Selain itu, kata Edi, untuk luas area perkebunan sawit, yang paling luas berada di Kabupaten Belitung Timur (Beltim), yakni 53,699 Ha.

Disusul oleh Kabupaten Bangka Barat 53,126 Ha, dan paling sedikit Kabupaten Bangka Selatan seluas 19.600 Ha.

"Keberlanjutan atau sustainable ini yang paling penting, keberterimaan sawit dan turunannya di pasar internasional sebagai produk yang sustainable, berkelanjutan dan tidak bermasalah," ucap Edi Romdhoni. 

"Lalu jaminan mutu dan keterlusuran, untuk produk primer kelapa sawit, yaitu mintak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya, itu juga jelas," tegas Edi Romdhoni.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS