"Banyak petani masih kurang paham dengan pupuk seperti ini, makanya lebih mudah terkecoh."
SEBERAPA besar dampak penggunaan pupuk abal-abal alias pupuk yang tidak sesuai standar, menarik menyimak pengalaman petani kelapa sawit di Provinsi Jambi.
Menurut Ketua Apkasindo Merangin, Provinsi Jambi, Joko Wahyono, akibat pupuk abal-abal ini, produksi kebun kelapa sawit di wilayahnya menurun. Bahkan penurunan mencapai 40% dibandingkan periode sebelumnya.
"Memang ada dua faktor yang mempengaruhi. Pertama lantaran musim kemarau dan yang kedua masih banyaknya petani menggunakan pupuk abal-abal tadi," ujarnya, Kamis (9/5).
Cerita Joko, ada dua varian pupuk abal-abal yang masih marak diperjualbelikan di Merangin. Yakni merek SP 36 dan KCL Mahkota.
"Sebetulnya bukan SP 36 tapi SP 3.6. Artinya kandungannya bukan 36% tapi 3,6%. Berarti tidak sesuai komposisi yang ada di karung," terangnya.
Pupuk-pupuk ilegal itu, kata Joko, ditawarkan dengan harga yang lebih terjangkau. Sehingga petani tergiur untuk membeli pupuk tersebut. Sementara kebanyakan pupuk ini diperjualbelikan di wilayah desa-desa yang terpencil.
"Banyak petani masih kurang paham dengan pupuk seperti ini, makanya lebih mudah terkecoh. Padahal dalam penggunaannya sudah sangat tampak dimana satu batang pohon sawit hanya 3 kg ini harus 6 kg," paparnya.
Kata Joko, saat ini pihaknya tengah melakukan upaya pemberantasan dan pencegahan peredaran pupuk abal-abal ini. Dimana pihaknya akan koordinasi dengan Dinas Koperasi dan Perdagangan setempat.
"Pupuk ini produksi home industri kebanyakan dari wilayah Bandung dan Jawa Timur. Saat ini kita tengah gencarkan sosialisasi dan pencegahan peredarannya ," bebernya.