
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah. Foto: kilas.co.id
"Kami sudah merasa terpinggirkan oleh pabrik-pabrik ini."
GUBERNUR Bengkulu, Rohidin Mersyah menyatakan kesiapannya untuk memediasi pertemuan antara pabrik kelapa sawit (PKS) dan para petani kelapa sawit.
"Kami berharap dapat menemukan solusi yang adil bagi kedua belah pihak," kata Gubernur, menyikapi aksi demo petani sawit terhadap PKS yang terjadi belum lama ini.
Meskipun demikian, beberapa petani sawit bersikeras untuk melakukan demo sebagai bentuk tekanan kepada pabrik-pabrik kelapa sawit. Mereka menuntut agar harga jual TBS dinaikkan serta adanya program-program bantuan untuk meningkatkan produktivitas.
Para analis ekonomi melihat bahwa konflik antara petani sawit dan pabrik-pabrik kelapa sawit dapat berdampak negatif pada industri kelapa sawit Bengkulu secara keseluruhan.
"Ketidakstabilan dalam rantai pasok bisa mengganggu produksi dan mengurangi kepercayaan investor," ungkap Kamaluddin, seorang ekonom asal Bengkulu.
Konflik petani sawit di Bengkulu berpotensi mengancam pabrik-pabrik kelapa sawit di Bengkulu. Sebab sejumlah petani sawit mengancam akan melakukan demo jika pabrik tidak mampu mensejahterakan petani sawit.
Salah satu petani sawit di Bengkulu, Turisman mengatakan, sejumlah petani sawit di Bengkulu menyatakan kekecewaan mereka terhadap kinerja pabrik-pabrik kelapa sawit di Bengkulu. Sebab pabrik tersebut tidak mampu mensejahterakan petani sawit.
"Kami sudah merasa terpinggirkan oleh pabrik-pabrik ini. Harga jual tandan buah segar (TBS) terlalu rendah, sementara biaya produksi semakin meningkat," kata Turisman, Jumat (10/5).
Dalam menghadapi ancaman demo tersebut, beberapa pabrik kelapa sawit di Bengkulu menyampaikan komitmen mereka untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Salah satu perwakilan Pabrik Kelapa Sawit di Bengkulu, Daniel Manurung menyatakan, akan berkomitmen bekerjasama dengan petani untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Kami memahami kekhawatiran petani dan kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan mereka demi kesejahteraan bersama," ujar Daniel.
Namun, beberapa petani ragu dengan janji-janji tersebut. Mereka menilai bahwa komitmen pabrik-pabrik kelapa sawit tersebut hanya retorika belaka.
"Kami sudah terlalu sering didengar janji-janji manis seperti ini tanpa ada tindakan nyata yang mengikutinya," ujar Ali Rahman, seorang petani sawit di Bengkulu.