"Paling lama serangan jamur ini pada tanaman kelapa sawit di usia 11 tahun."
JAMUR Ganoderma akan lebih masif menyerang tanaman kelapa sawit yang umumnya pada siklus kedua. Sementara kebanyakan kebun kelapa sawit di Provinsi Riau merupakan generasi kedua.
Demikian dikatakan Konsultan dan Aplikator Penyakit Ganoderma PT Pelita Susun Bentang Organik, Fery Harianja, Minggu (12/5).
"Dari hasil data yang kita kumpulkan di lapangan, kebun kelapa sawit yang sudah berusia tua tersebar di wilayah Riau. Seperti Kampar, Pelalawan, Rohul dan sebaginya. Di lokasi ini pula kita temukan serangan Ganoderma yang cukup besar saat ini," ujarnya.
Serangan Ganoderma akan semakin besar pada siklus kedua tanaman kelapa sawit. Hal ini lantaran pada siklus pertama jamur tersebut akan menyesuaikan diri dan bertahan hidup di tanaman kelapa sawit yang menjadi inangnya.
Rata-rata, lanjut Fery, usia tanaman yang terinfeksi jamur ini berumur 7 tahun ke atas. Tapi ada juga yang baru berumur 8 bulan sudah terkena infeksi.
"Paling lama serangan jamur ini pada tanaman kelapa sawit di usia 11 tahun. Ini potensinya dapat membunuh atau merusak tanaman kelapa sawit," bebernya.
Sambung Fery, penyebaran paling signifikan adalah di lahan dengan tanah gambut. Sebab tanah jenis ini memiliki sumber organik yang lebih tinggi ketimbang jenis tanah mineral.
Penanganan Ganoderma di lahan gambut sendiri juga lebih sulit ketimbang di jenis tanah lainnya. "Serangan Ganoderma secara ilmiah sampai saat ini belum ada yang bisa menyembuhkan. Kendati begitu ada harapan untuk pencegahan yang bisa dilakukan oleh petani kelapa sawit," tandasnya.
Ganoderma merupakan cendawan patogenik tular tanah (soil borne) yang kini menjadi momok bagi petani kelapa sawit. Pasalnya jamur ini mampu membunuh tanaman kelapa sawit dan menular.
Menurut Fery, menjadi wilayah dengan kebun kelapa sawit terluas di Indonesia, wilayah Riau juga tidak dapat terhindar dari serangan jamur ini. Malah rata-rata kelapa sawit di Riau sudah terinfeksi jamur tersebut.