https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

PKS Dinilai Lamban Respons Kebaikan Harga CPO

PKS Dinilai Lamban Respons Kebaikan Harga CPO

Pengangkutan TBS sawit di Bengkulu. Foto: rri.co.id

"Jika memang ada kendala teknis, seharusnya ada transparansi dan komunikasi."

PENGAMAT ekonomi Bengkulu Prof. Dr. Kamaludin SE MM menilai terdapat banyak keanehan dalam dinamika harga kelapa sawit di Provinsi Bengkulu. Salah satunya lambatnya pabrik kelapa sawit (PKS) dalam merespon kenaikan harga crude palm oil (CPO).

"Ketika harga CPO turun, harga TBS kelapa sawit ikut turun. Namun, ketika harga CPO naik, sejumlah pabrik kelapa sawit lambat meresponnya," ujar Kamaludin, Kamis (16/5).

Lebih lanjut, Kamaludin menjelaskan bahwa situasi ini bukan kali pertama terjadi. Menurutnya, ada kecenderungan bahwa pabrik kelapa sawit lebih cepat menurunkan harga TBS saat harga CPO turun, namun sangat lambat menaikkan harga saat harga CPO naik. "Ini jelas merugikan petani," tegasnya.

Menurut Kamaludin, alasan tersebut tidak sepenuhnya bisa diterima. Karena tindakan yang dilakukan PKS sangat merugikan petani sawit di Bengkulu.

"Jika memang ada kendala teknis, seharusnya ada transparansi dan komunikasi yang lebih baik antara pabrik dan petani," tambahnya.

Pernyataan Kamaludin mengundang perhatian banyak pihak, terutama para petani kelapa sawit di Bengkulu yang merasa dirugikan dengan kondisi ini. Mereka mengeluhkan lambatnya respon pabrik dalam menyesuaikan harga TBS dengan kenaikan harga CPO. Salah seorang petani kelapa sawit di Bengkulu, Mulyadi, menyatakan kekecewaannya terhadap kebijakan PKS. 

"Kami sudah menunggu kenaikan harga TBS setelah mendengar berita kenaikan harga CPO. Tapi hingga sekarang, harga TBS masih tetap," kata Mulyadi.

Di sisi lain, beberapa pabrik kelapa sawit mengklaim bahwa proses penyesuaian harga TBS memerlukan waktu. Mereka menyatakan bahwa berbagai faktor seperti biaya operasional dan logistik mempengaruhi kecepatan penyesuaian harga tersebut.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS