"Kebanyakan yang membeli bibit murah itu adalah petani swadaya."
SINYALEMEN bahwa di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), masih beredar bibit sawit abal-abal atau tidak berkualitas, bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Ketua Aspek-PIR Sintang, Sujono, juga tidak menampik hal itu. Sujono sehari-hari berbaur dengan petani kelapa sawit di wilayah itu. Sujono sendiri juga merupakan petani yang menggantungkan hidupnya di kebun kelapa sawit.
"Memang saya enggak tahu persis, tapi saya sempat dapat kabar ada petani yang membeli benih kelapa sawit seharga Rp2.000/biji. Nah, harga murah ini yang membuat kita ragu kalau bibit itu merupakan tidak berkualitas," ujarnya kepada elaeis.co, Selasa (4/6).
Jono begitu sapaan akrabnya mengaku tidak mengetahui siapa dan dimana penjualan benih murah itu di wilayahnya. Meski begitu dia merasa prihatin lantaran masih ada petani yang justru memilih benih murah dibandingkan memikirkan potensi produksi kebun kelapa sawit 25 tahun ke depan.
"Kebanyakan yang membeli bibit murah itu adalah petani swadaya. Sebab kalau petani plasma atau mitra sudah ada yang mengatur. Baik itu dari koperasi atau dari perusahaan mitra," terangnya
"Kalau produksi kebun, apakah itu hasil benih abal-abal atau tidak kita juga tidak bisa memastikan. Belum ada laporan juga terkait hal ini. Tapi kita ada rencana akan mendata dari petani langsung," imbuhnya.
Sementara untuk menekan peredaran bibit palsu itu, pihaknya menggandeng Sinarmas menggelar sosialisasi bibit kelapa sawit berkualitas. Acara ini cukup antusias diikuti petani yang merupakan perwakilan dari sejumlah koperasi yang ada di Kabupaten Sintang.
Malah turut hadir pula Wakil Bupati Sintang, Kadisbun dan sejumlah kepala desa di kabupaten itu.
"Petani sangat antusias, dimana kita paparkan cara pemilihan benih unggul, ciri-ciri bibit unggul dan yang utama meminimalisir penggunaan bibit palsu," tandasnya