https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Siska Terus Didorong, Targetnya Ini

Siska Terus Didorong, Targetnya Ini

Ilustrasi integrasi sawit dengan sapi. Foto: inforiau.co

Siska sangat menopang bidang perekonomian masyarakat

"INTEGRASI sawit dan sapi dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan potensi sumber daya pakan di kebun sawit untuk pengembangan ternak sapi,” ujar Nasrullah.

Direktur Jenderal (Dirjen) PKH Kementan, itu mengatakan hal tersebut dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Nasional Pengembangan Siska di IPB Convention Center, Bogor, Provinsi Jawa Barat (Jabar), beberapa waktu yang lalu. 

Turut hadir dalam kesempatan tersebut yaitu Team Leader of Advisory Support Group Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (ASG-IARMCP), Stuart McAdam.

Ia mengklaim berbagai upaya perluasan model Siska pola inti plasma terus dilakukan di luar Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Yaitu Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), serta Provinsi Riau. Dan itu semua juga atas komitmen dan inisiatif pemerintah provinsi setempat," kata Nasrullah. 

Kata dia, Ditjen PKH juga berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengembangan model Siska ini. 

Di antaranya, kata Nasrullah, beekolaborasi dengan Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sawit-Sapi (GAPENSISKA) dan Siska Supporting Program (SSP).

Nasrullah mengatakan Ditjen PKH Kementan berharap program model seperti ini dapat menjadi role model dan direplikasi oleh provinsi yang lain.

Saat ini, kata dia, total ternak sapi yang telah dikembangkan melalui Siska pola inti plasma berjumlah 7.840 ekor, yang tersebar di Provinsi Riau, Kalsel, Kalbar dan Kaltim.

Senada dengan Nasrullah, Direktur Pakan, Nur Saptahidhayat  menyampaikan bahwa program Siska selaras dengan program integrasi secara nasional yaitu kegiatan super prioritas Kementerian Pertanian dalam rangka untuk menghadapi rawan pangan.

"Program Siska ini sangat menopang bidang perekonomian bagi masyarakat, mulai warga sekitar hingga pekerja perusahaan yang lahan kebun sawitnya dipergunakan sebagai lahan pengembang sapi," jelas Sapto.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, Ali Agus, mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menjadi penggerak dalam mendukung ketahanan pangan.

Luas perkebunan kelapa sawit yang mencapai 16 juta hektar (Ha) mempunyai potensi besar dalam menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia berupa daging sapi.

“Perkebunan kelapa sawit berpotensi menjadi lokomotif penyediaan pangan bagi masyarakat luas," ujar Ali Agus. 

"Dengan luas 16 juta Ha, perkebunan sawit bisa diintetegrasikan dengan peternakan sapi dan tanaman pangan untuk mendukung swasembada daging dan pangan,” Ali Agus menambahkan.

Ali Agus menambahkan, pemenuhan pangan hingga saat ini masih menghadapi berbagai kendala, termasuk sulitnya perolehan lahan. 

Keberadaan lahan kelapa sawit dengan kepadatan tanaman yang relatif tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan lahan penggembalaan yang baik untuk berbagai tanaman.

“Perkebunan sawit dengan jarak tanam yang luas bisa menjadi altenatif lahan untuk pemenuhan pakan ternak dan tanaman pangan,” sambungnya.

Sementara itu Stuart McAdam menjelaskan bahwa Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership merupakan kemitraan Indonesia dan Australia.

Khususnya, ungkap Stuart McAdam, untuk sapi dan daging merah seperti daging sapi, daging kambing atau pun domba.

"Kerjasama dua negara ini telah berjalan sejak tahun 2014 dan akan berakhir pada tahun 2024 ini," tegas Stuart Mc Adam.

Baca Juga: Awas! Ternak yang Diliarkan akan Ditindak

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS